Saat dikonfirmasi, Taufan membantah itu semua. Dia mengaku telah membaca isi pesan yang beredar tersebut dan mengaku bahwa itu tidak benar. Kejadian bermula ketika dirinya tiba dari Narita Jepang setelah acara Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR di mana dia anggotanya. Rombongan dipimpin oleh Tjahjo Kumolo, anggota Komisi I F-PDI Perjuangan.
"Saya memang rombongan terakhir," Ceritanya, bermula ketika antrian di extrail saat menunggu barang. Antrian yang terlalu lama dan panjang, membuat penumpang marah. Termasuk para eks patriat dari Jepang. Hanya satu extrail yang dibuka sementara ada 2 lagi yang tidak digunakan. "Saya berteriak tolong dibuka lagi dong extrailnya. Semua orang melihat ke arah saya," kata Taufan Tiro seperti dilansir inilah.com.
Walau setelah extrail itu dibuka lagi, ternyata dia dihampiri tiga orang petugas. Petugas ini menanyakan Taufan kenapa dirinya berteriak. "Mereka mengakunya masih sholat," katanya. Tetapi, lanjut Taufan, dia melihat kalau sebagian petugas justru sedang berkumpul dan hanya melihat antrian panjang tersebut.
Bahkan, seorang diantaranya mendekati dia sambil berkata 'kenapa? kenapa?'. Saat itu, Taufan mengaku mendorong orang tersebut. Namun, setelah kejadian itu, seorang komandan dari petugas ini, yang menurut pengakuan Taufan bernama Adrianus, mengatakan bahwa dia telah menampar anak buahnya.
"Padahal saya tidak menampar," elaknya.
Adrianus meminta Taufan untuk meminta maaf. Jika tidak, dirinya akan ditahan di Bandara. Seorang petugas lainnya, meminta Taufan mengeluarkan identitasnya.
"Petugas ini mengijinkan saya keluar setelah melihat paspor saya. Tapi Adrianus ini tidak mengijinkan," katanya. Dia juga membantah membawa nama sebagai anggota DPR. Taufan yakin, bahwa petugas tahu dirinya sebagai anggota DPR ketika paspornya diperiksa.
"Saya tidak menyebut nama dan jabatan saya. Mungkin saat memeriksa pasport, kebetulan saya menggunakan paspor dinas DPR," katanya. Taufan juga mengaku kalau sudah meminta maaf kepada petugas yang didorongnya.
0 komentar:
Posting Komentar