Menghimpun Lalu Mengabarkan Untuk Bone yang Lebih Baik
Tampilkan postingan dengan label Pilpres. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pilpres. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Juni 2012

Prabowo dan JK Pasangan Ideal Pilpres 2014

Pemilihan umum presiden masih 2014. Tapi, beberapa nama capres sudah mulai ramai dibicarakan publik. Lantas, siapakah sosok kandidat presiden dan wakil presiden yang akan menguat pada Pilpres 2014? Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) mencoba memotret pasangan capres dan cawapres lewat survei lapangan di 33 provinsi pada 14–24 Mei 2012.
“Survei yang telah kami lakukan terakhir ini jelas memperlihatkan bahwa kontestasi terkuat terjadi antara Prabowo Subianto (25.8 persen) dan Megawati Soekarnoputri (22.4 persen),” ujar Koordinator Survei SSS Muhammad Dahlan dalam rilisnya di Four Seasons Hotel, Jakarta, Rabu (6/6).

Sementara, figur lain yang mendapat dukungan publik adalah Jusuf Kalla dengan 14.9 persen, Aburizal Bakrie 10.6 persen, Surya Paloh 5.2 persen, Wiranto 4.5 persen, Sultan HB X 3.7 persen, Hatta Rajasa 2.1 persen, Sri Mulyani 2.1 persen, Hidayat Nur Wahid 1.8 persen, Ani Yudhoyono 1.8 persen, Akbar Tanjung 1.3 persen, Djoko Suyanto 1 persen, dan Pramono Edhi Wibowo 0.9 persen.

Menurut Dahlan, sosok Prabowo dan Megawati mendapat banyak dukungan, berdasarkan pulau, kuat di Pulau Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara (NTT dan NTB). Sementara Prabowo dan JK kuat di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
“Nama-nama ini terpilih karena menurut responden mereka tegas (22.1 persen), pro-rakyat (14.3 persen), jujur (14.1 persen), kemampuan memimpin (13.6 persen), dan cerdas (12.2 persen). Alasan lainnya, mereka ini mengambil risiko, rendah hati, empati pada rakyat dan sebagainya,” jelasnya.

Soal pasangan capres-cawapres pemilu 2014, lanjut Dahlan, Prabowo-JK menjadi pasangan terpopuler. Pemilihan pasangan calon ini didasarkan pada survei tempat Prabowo mendapat dukungan tertinggi 25,8 persen sebagai capres dibanding nama lainnya.

Adapun JK mendapat dukungan tertinggi 18,7 persen sebagai cawapres di 33 provinsi. Nama Jusuf Kalla ini lebih tinggi dari dukungan untuk Mahfud MD (16 persen), Dahlan Iskan (13,8 persen), Hatta Rajasa (11,3 persen), Sultan Hamengku Buwono X atau Sultan HB X (11 persen), Sri Mulyani (7,3 persen), dan Surya Paloh (6,6 persen).

“Jusuf Kalla juga lebih tinggi dari Hidayat Nurwahid 3,4 persen, Suryadharma Ali 1, 9 persen, Puan Maharani dan Pramono Edhie Wibowo 1,6 persen. Alasan memilih cawapres kebanyakan karena 17,9 persen jujur, 17,1 persen karena tegas, dan 11,4 persen karena prorakyat,” papar Dahlan.

Selain pasangan ini, responden survei juga memilih beberapa alternatif pasangan capres dan cawapres lainnya. Pasangan itu adalah Megawati Soekarnoputri-Jusuf Kalla, yang berada di urutan kedua dengan dukungan 13,4 persen. Urutan berikutnya Prabowo dan Mahfud MD sebesar 12,4 persen.
“Sementara itu, pasangan Megawati-Sultan HB X mendapat dukungan 8,9 persen. Duet JK-Dahlan Iskan meraih respons 8,3 persen dan Megawati-Mahfud MD sebesar 8 persen,” ucapnya.

Survei ini juga memasangkan Prabowo-Dahlan Iskan dengan dukungan 6,7 persen, Prabowo-Hatta Rajasa 6,2 persen, Prabowo-Sri Sultan HB 5,8 persen, JK-Mahfud MD 5,7 persen dan Megawati-Hatta 4,6 persen. Dukungan untuk Aburizal Bakrie (Ical) dan Jusuf Kalla hanya 5,5 persen. “Nama-nama seperti JK, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Sultan HB X, dan Hatta Rajasa ini bisa dianggap menjadi sosok cawapres yang mampu memberikan peran signifikan bagi kemenangan pasangan calon dalam survei ini,” tandasnya.

Tak hanya itu, survei SSS juga menyatakan, jika diadakan pemilu saat ini Partai Golkar akan menang, mengungguli partai penguasa, yaitu Partai Demokrat. Dalam paparan Dahlan, dapat diambil simpulan, bahwa dari 2.192 responden, Golkar meraih 23 persen, PDI Perjuangan mendapat dukungan 19,6 persen, dan Demokrat 10,7 persen. Perolehan partai lain, yakni Gerindra (10,5 persen), PKS (6,9 persen), Partai Nasdem (4,8 persen), PPP (3 persen), Hanura (2,7 persen), PAN (2,2 persen), PKB (2 persen), dan lainnya 0,6 persen.

“Survei ini menunjukkan masyarakat belum secara penuh paham adanya korelasi antara memilih partai dan capresnya. Terlihat, meski Prabowo dapat dukungan tinggi, partainya tidak banyak yang memilih. Ini temuan yang menarik, artinya ada temuan menarik bahwa pilihan masyarakat terhadap partai tidak menjamin akan memilih capres dari partai tersebut,” terangnya.

Dijelaskan juga, nanti diprediksi hanya ada enam partai yang kemungkinan lolos ke Senayan jika berkaca pada survei tersebut, yakni Golkar, PDI Perjuangan, Demokrat, Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). “Empat partai lainnya tidak tertutup kemungkinan terhalang parliamentary threshold,” katanya.

Adapun alasan terbanyak responden dalam memilih partai politik di pemilihan umum itu adalah menganggap partai itu dengan rakyat (21,3 persen). ”Selain itu, responden juga memiliki alasan-alasan lain, yakni tokoh dan pimpinan partai (18,2 persen), ideologi (12,8 persen), program dan isu kebijakan (11,2 persen), kinerja parpol yang sudah terbukti (10,8 persen), dan terakhir visi dan platform (8,9 persen),” tuturnya

Minggu, 15 April 2012

Banyak Masyarakat Sul-Sel Tidak Memilih Jika JK Tidak Jadi Capres 2014

Kharisma dan ketokohan mantan Wakil Presiden RI, HM Jusuf Kalla (JK) di Sulsel masih sulit terdepak. JK bahkan menjadi idola besar rakyat Sulsel menjadi calon presiden (capres) 2014.

Celebes Research Center (CRC), kemarin, merilis hasil survei yang digelar Maret lalu, di Hotel Sahid Makassar. Direktur Eksekutif CRC, Herman Heizer, menyebut tingkat dukungan JK menjadi presiden cukup tinggi. Dalam simulasi daftar nama (19) calon, JK unggul di atas 60 persen.

Simulasi sejumlah nama seperti Prabowo Subianto, Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarno Putri, Surya Paloh, Puang Maharani, Hidayat Nurwahid, Sri Sultan Hamengkubowono X, dan sejumlah tokoh nasional lainnya.

Ketika disimulasi enam nama, JK mendapat dukungan hingga 67 persen, simulasi lima nama mencapai 68 persen, tiga nama 75 persen, sementara ketika head to head dengan Prabowo Subianto
, JK juga unggul 75 persen, sedangkan Prabowo hanya 9 persen.

“Ini menunjukkan bahwa JK sangat diinginkan menjadi presiden 2014. Meski pemilih utama ada di Jawa, namun dukungan di kampung sendiri ini cukup menggembirakan," kata Herman.

Malah, Herman menyebut masyarakat Sulsel terkesan ragu-ragu memilih calon presiden ketika JK tidak maju di pilpres mendatang. Menurutnya, ada sekitar 40 persen masyarakat Sulsel memilih tidak menjawab ketika nama JK dihilangkan.

Masih berdasar survei CRC, dukungan JK berbasis partai di Sulsel menunjukkan bahwa lima partai besar juga sangat menginginkan JK menjadi presiden. Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan memiliki dukungan sama besar yakni 71 persen. Demokrat 56 persen, PAN 55 persen, PKS 40 persen, lainnya 56 persen
, dan 46 persen tidak menjawab atau rahasia.

Kendati sangat diidolakan masyarakat Sulsel, JK kurang mendapat dukungan di Selayar, Tana Toraja, dan Taroja Utara. Di tiga kabupaten ini, JK kalah dari Hatta Rajasa (Selayar)
, Megawati dan Prabowo (Toraja Utara dan Tana Toraja). Dukungan tertinggi diperoleh JK dari Jeneponto dan Enrekang 85 persen, Parepare 80 persen, begitu juga daerah lainnya.

Survei CRC yang dilakukan Maret lalu ini digelar di 24 kabupaten/kota di Sulsel, melibatkan 820 responden dengan penarikan sampel secara acak. Jumlah sampel tersebut memiliki toleransi kesalahan 3,5 persen pada selang kepercayaan 95 persen. Metode survei dilakukan dengan wawancara dan tatap muka langsung menggunakan kuesioner.

Dosen Sosiologi FISI
P Unhas, Dr Darwis menandaskan survei CRC tersebut sangat dapat dipercaya. "Sebenarnya, tanpa survei pun orang Sulsel pasti mendukung JK jadi presiden," tandas Darwis.

Darwis melihat modal sosial yang dimiliki JK saat ini menjadi hal paling penting. Tidak hanya di Sulsel tapi juga di luar Sulsel. Apalagi pascawapres, JK tampil sebagai ketua PMI dan banyak melakukan kegiatan yang memberikan pengaruh terhadap sosok JK.

Soal posisi Golkar Sulsel, Darwis menilai bahwa Golkar Sulsel tidak memiliki keberanian untuk memunculkan nama JK apalagi sampai mengajukannya ke arena rapimnas Golkar mendatang. Itu karena DPD Golkar Sulsel takut dengan Ketua DPP Golkar, Aburizal Bakrie yang cenderung ingin harga mati dicapreskan Golkar.

Kepala Biro Pemenangan Pemilu DPD Golkar Sulsel, Subhan J Mappaturung mengaku dukungan masyarakat Sulsel terhadap JK bukan suatu yang mengejutkan Golkar. Apalagi kondisi itu tidak jauh beda dengan dukungan yang dimiliki JK pada pemilu sebelumnya.
 
Subhan menepis tidak adanya keberanian Golkar Sulsel memunculkan JK di internal Golkar sebagai capres. Sekalipun nantinya akan berbeda dengan suara mayoritas Golkar di rapimnas, Golkar berupaya untuk memunculkan JK termasuk meminta namanya masuk survei internal Golkar.

Pengamat komunikasi politik Unhas, Dr Hasrullah menegaskan, pilpres 2014 mendatang akan menjadi kesempatan terbaik bagi Sulsel menawarkan JK menjadi pemimpin bangsa ini. Alasannya, Hasrullah yakin mata masyarakat Indonesia saat ini sudah terbuka lebar, bagaimana kredibiltas dan kinerja JK yang sebenarnya, saat diberi amanah untuk memimpin.

Bagi Hasrullah, warga Indonesia memang selalu butuh waktu yang relatif panjang untuk sadar dan mendapat bukti kualitas ketokohan seseorang. Ini terjadi bukan hanya pada JK, tapi juga pada Susilo Bambang Yudhoyono.
Meski dalam nilai yang berbeda, setelah hampir satu dasawarsa masyarakat sekarang baru terang-terangan mengaku rindu dengan kinerja ala JK. Sebaliknya, mulai antipati dengan gaya kepemimpinan SBY.

NASIONAL

NEWS


PEMILUKADA

OTONOMI DAERAH

SOSBUD


PILGUB

BONE NEWS

BIROKRASI

OPINI


LAW END CRIME